BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tes adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengetahui tercapai atau tidak tercapainya suatu standar kompetensi yang telah
ditentukan dalam suatu pembelajaran. Keberhasilan proses belajar seorang siswa dalam
hal belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari sejauh mana penguasaan
kompetensi yang telah dikuasai oleh seluruh siswa dalam kelas tersebut.
Adanya perbedaan individu tentu menentukan berhasil atau tidaknya para
individu-individu dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang berupa tugas
belajar. Dengan adanya perbedaan individu tersebut maka perlu diciptakan alat
untuk mengukur keadaan individu. Dan alat pengukur tersebut disebut tes.
Tes bahasa dan pengajaran bahasa merupakan dua kegiatan yang saling
berhubungan erat. Sehingga tes bahasa ini dirancang dan dilaksanakan untuk
memperoleh informasi mengenai hal yang berkaitan dengan keefektifan pengajaran
bahasa. Oleh karena itu dalam makalah ini disampaikan lebih lanjut mengenai
jenis-jenis tes bahasa, kriteria tujuan penyelenggaraan dan cara menilainya.
B.
Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahsan ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui jenis-jenis tes bahasa
2.
Untuk mengetahui kriteria penyelenggaraan
3.
Untuk mengetahui cara menilai tes bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jenis-jenis tes bahasa
Dari segi istilah yang dimaksud tes menurut Anne Anastasi adalah alat
pengukur yang mempunyai standart yang obyektif sehingga dapat digunakan secara
meluas, serta dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis
atau tingkah laku para individu. Sedangkan
menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang
diberikan kepada individu atau sekelompok individu untuk membandingkan
kecakapan mereka satu dengan yang lain[1].
Jadi, tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam
melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya untuk mengetahui kemampuan bahasa
tersebut. Misalnya dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Berdasarkan kriteria bagaimana bahasa dikaji dan ditelaah maka tes
dikembangkan berdasarkan pandangan yang berbeda dalam memahami hakikat bahasa.
Tes kebahasaan yang dilakukan mungkin hanya menyangkut salah satu aspek bahasa
itu sendiri, atau mungkin langsung dikaitkan dengan pemakaian bahasa secara
faktual sesuai dengan fungsi komunikatif bahasa[2]. Dari latar belakang pendekatan bahasa, jenis tes bahasa dapat
dikelompokkan menurut kriteria seperti dibawah ini:
1.
Kriteria
tujuan penyelenggaraan
Berdasarkan
tujuan penyelenggaraannya, tes bahasa dibedakan menjadi:
a.
Tes
seleksi
Fungsi seleksi evaluasi hasil belajar
mengandung arti bahwa dengan evaluasi akan dapat ditemukan mana calon
pembelajar yang dapat diterima disekolah dan mana yang tidak dapat diterima.
Dengan seleksi ini, maka pembelajar yang diterima di sekolah tersebut
benar-benar sesuai dengan yang distandardkan. Seleksi dilakukan dengan cara
melancarkan instrumen tes dan non tes. Dari hasil seleksi dapat menentukan mana
siswa yang diterima dan mana siswa yang ditolak.[3]
b.
Tes
penempatan
Tes penempatan pada umumnya
diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program pengajaran bahasa, dengan
maksud untuk menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai dengan tingkat
kemampuan berbahasa yang dimilikinya. Hal ini dimaksudkan agar dalam mengikuti
pengajaran bahasa, ia berada dalam kelompok yang memiliki tingkat kemampuan
yang kira-kira sama dengan tingkat kemampuannya, dengan demikian dalam
mengikuti pengajaran bahasanya, ia tidak tertinggal dari teman-teman
sekelompoknya.
Atas dasar hasil tes penempatan,
peserta pengajaran bahasa dapat terbagi atas kelompok pemula atau dasar,
kelompok menengah, dan kelompok lanjut. Tes bahasa untuk maksud
penempatan dapat berupa tes kemampuan berbahasa umum, yang melipiti lebih dari
satu jenis kemampuan berbahasa atau komponen bahasa, seperti kemempuan menyimak
dan memahami bacaan, disamping tatabahasa.
c.
Tes
hasil belajar
Tes hasil belajar diselenggarakan
untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh suatu bentuk pengajaran bahasa.
Hasil tes yang di ungkap melalui tes hasil belajar dapat mengacu kepada hasil
pengajaransecara keseluruhan pada akhir penyelenggaraan atau yang lainnya. Tes
hasil belajar menitikberatkan pada hasil yang telah dicapai oleh suatu bentuk
pengajaran yang memiliki kaitan erat dengan apa yang telah diajarkan.
Dalam pengajaran tes bahasa, tes
hasil belajar dimaksutkan untuk memperoleh informasi tenteng tingkat kemampuan
berbahasa yang telah dapat dikembangkan melalui pengajaran bahasa.
d.
Tes
diagnostic
Dalam mengikuti pengajaran, siswa
sering kali menemui berbagai kesulitan dalam belajar, kesulitan belajar itu
tercermin pada penggunaan bahasa yang mengandung kesalahan atau menyimpang dari
kaidah-kaidah penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kesulitan itu terlihat
pada saat mengerjakan tes bahasa, khususnya kesalahan yang bersifat mendasar
dan ajeg.
Kesalahan-kesalahan yang menandakan
adanya kesulitan belajar bahasa seperti itu dapat diperoleh secara sengaja dan
terencana dengan menyelenggarakan tes yang disusun khusus untuk maksud
itu, tes bahasa tersebut dikenal sebagai tes diagnostic. Hasil tes diagnostic
digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran bahasa yang lebih sesuai
dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan belajarnya.
e.
Tes
uji coba
Tes uji coba adalah tes yang diselenggarakan
untuk mengetahui apakah suatu perangkat tes bahasa yang masih dalam tahap
penyusunan memiliki cirri-ciri tes yang baik dalam artian yang luas. Melalui
tes ini diharapkan dapat diperoleh sejumlah informasi, tidak hanya tentang
cirri-ciri tes yang penting seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan
dan tingkat pembeda, melainkan juga dari segi lain seperti kesesuaian waktu,
kejelasan tulisan, kejelasan petunjuk dan lainnya.
Berdasarkan
informasi yang diperoleh, kemudian diusahakan perbaikan terhadap perangkat tes
yang sedang disusun, agar dapat diperoleh tes yang baik dan memenuhi criteria
yang dipersyaratkan. Perbaikan tersebut dapat bersifat ringan seperti perbaikan
format penulisan, redaksi butir tes, dan sebagainya.
2.
Kriteria
tahapan atau waktu penyelenggaraan
a.
Tes
masuk
Tes masuk diselenggarakan sebelum
dan menjelang suatu program pengajaran bahasa dimulai, tujuannya untuk
menentukan apakah seorang calon dapat diterima sebagai peserta program
pengajaran bahasa karena memiliki jenis dan tingkat kemampuan berbahasa yang
telah dipersyaratkan.
Penyusunan tes
masuk disesuaikan dengan tujuan pokok program pengajaran bahasa yang akan
diselenggarakan, khususnya dalam hal jenis kemampuan kemampuan berbahasa yang
diutamakan. Tes bahasa sebagai tes masuk pada penyelenggaraan program
pengajaran bahasa, tidak bersifat umum dan meliputi kemampuan berbahasa pada
umumnya, melainkan bersifat khusus disesuaikan sepenuhnya dengan tujuan pokok
program pengajaran bahasa.
b.
Tes
formatif
Tes formatif diselenggarakan pada saat suatu program pengajaran
bahasa sedang berlangsung, dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai
jalannya pengajaran bahasa sampai pada tahap tertentu. Informasi itu diperlukan
untuk mengetahui untuk mengetahui apakah pengajaran bahasa dapat
diselenggarakan seperti yang telah direncanakan atau harus diselenggarakan
dengan perubahan dan penyesuaian.
Tes formatif menitikberatkan pada informasi untuk penyempurnaan
bagian rencana pengajaran tertentu yang
telah diselenggarakan, maka cakupan bahan tesnya pun terbatas pada
hal-hal yang telah diajarkan.
c.
Tes
sumatif
Tes sumatif diselenggarakan pada
akhir prngajaran atau menjelang akhir pengajaran bahasa, pada saat segala
sesuatu yang direncanakan telah selesai dilakukan. Tujuannya adalah untuk
mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan, khususnya dalam hal peningkatan
kemampuan berbahasa para siswa sebagai bukti nyata dari pencapaian pengajaran.
3. Kriteria cara mengerjakan
Tes bahasa dapat dibedakan berdasarkan cara yang digunakan peserta tes
dalam mengerjakannya. Secara umum tes bahasa dapat dikerjakan secara tertulis
atau lisan. Maka dari itu tes bahasa menurut kriteria ini dapat dibedakan
menjadi:
a. Tes tertulis
Dalam tes tertulis, baik soal maupun jawabannya dilakukan secara tertulis.
Ciri dari tes tertulis adalah tes tertulis lebih terkait dengan cara
mengerjakan soal daripada dengan cara memberikan pertayaan. Misalnya, jika
jawaban peserta tes dilakukan secara tertulis sedangkan soalnya dalam bentuk
lisan itu masih tergolong tes tertulis. Dalam pengajaran bahasa, bentuk tes
tertulis dapat ditemukan pada tes untuk berbagai jenis kemampuan berbahasa
seperti menyimak, membaca atau mengarang. Contoh:
رتب الكلمات لتوصبح جملة:
الحديقة-نشاهد-في-الشجرة
Kelebihan dari tes tertulis ini adalah agar dalam mengerjakan soal para
peserta mendapatkan ketenangan karena tempat berlangsungnya tes dipilihkan jauh
dari keramaian[4].
b. Tes lisan
Pada penyelenggaraan tes ini baik pertanyaan dan terlebih jawaban dilakukan
secara lisan. Dalam hubungannya dengan kemampuan berbahasa, tes lisan yang
lebih utama digunakan adalah tes berbicara. biasanya dalam tes ini para siswa
hanya akan memperoleh tema kemudian disuruh untuk mengembangkan tema tersebut
dengan bahasanya sendiri secara lisan. Enyelenggaraan tes lisan memerlukan
lebih banyak kejelian pada pihak pelaksanaan tes. Kejelian itu diperlukan untuk
memperoleh hasil tes yang reliabel serta untuk memperkecil unsur subyektifitas.
4. Kriteria cara penyusunan
Dalam kriterian ini kita dapat membedakan jenis tesantara yang satu dengan
yang lain. dari kriteria ini dapat dibedakan menjadi:
a. Tes buatan guru
Seorang guru selain mendapat tugas untuk mengajar juga mendapat tugas untuk
menyelenggarakan tes agar dapat meningkatkan kemampuan para siswa. Tes ini
disusun dan disiapkan dengan prosedur yang seadanya saja tanpa melalui kajian
yang rinci. Tes semacam ini disusun dengan lebih banyak mengandalkan
pertimbangan dan penilaian guru sendiri. Karena itu tes ini dinamakan dengan
tes buatan guru, bukan karena tes ini dibuat oleh guru, melainkan cara
penyusunanya yang dilakukan dengan tanpa prosedur. Contohnya: pada waktu
praktek olahraga pak Asis menghitung berapa kali Ahmad melakukan push up. Dalam
satu menit Ahmad mampu melakukan 50 gerakan, dengan demikian Pak Asis menilai
bahwa kemajuan Ahmad memuaskan[5].
Kekurangan tes ini adalah ada unsur subyektifitas dalam cara menilainya.
Kelebihannya adalah lebih memudahkan pengajar, karena penyusunanya tidak
melalui prosedur yang ketat.
b. Tes terstandar
Tes ini disusun berbeda dengan tes buatan guru yang mana cara menyusunnya
tidak dengan prosedur dan tidak memakai persyaratan penyusunan tes yang baku.
Tes ini dikembangkan dengan upaya untuk sejauh mungkin mengikuti prosedur dan
memenuhi persyaratan secara ketat. Ciri pokok tes ini adalah tes yang akan
dilakukan tersebut terencana dan melalui prosedur. Tes yang telah disusun pada
tahap ini akan dikaji lebih dahulu berbagai aspeknya misalnya seberapa tingkat
kesulitan tes yang akan diujikan, daya beda, dsb. Sehingga bentuk tes ini memiliki
mutu yang baik yang telah teruji dan berstandar.
Kekurangan dari tes ini adalah kerumitan prosedur penyusunannya, tes
berstandar dalam pengajaran bahasa digunakan secara terbatas, baik dalam hal
jenis tes bahasanya maupun frekuensi penggunaanya[6]. Kelebihannya
adalah memudahkan peserta tes untuk menjawab soal karena soal tersebut dibentuk
melalui prosedur dan disesuaikan oleh kemampuan siswa.
5. Kriteria jumlah peserta
Dalam kriteria jumlah peserta pada waktu penyelenggaraan ini dapat
dibedakan dua tes bahasa. Yaitu:
a. Tes perseorangan
Model dari penyelenggaraan tes bahasa secara perseorangan yaitu setiap peserta
tes menerima tugas atau soal dari penyelenggara tes secara individual
kemudianpeserta tes dituntut untuk langsung menjawab dan mengerjakan sendiri.
Tes bahasa perseorangan diselenggarakan bukan karena hanya ada seorang peserta
tetapi karena tingkat kemampuan berbahasa tertentu hanya dapat dinilai secara
efektif bila dilakukan secara perseorangan. Tes ini lebih utama digunakan pada
mengukur keterampilan berbicara, yang mana pengukurannya membutuhkan pengamatan
secara langsung. Misalnya kita sebagai calon pengajar dapat mengukur langsung
kemampuan berbahasa peserta didik seperti pengucapan bunyi-bunyi bahasa,
tekanan suara, intonasi. Jika secara tes tulis kita dapat menilai pemilihan dan
penggunaan kosakata dan kemampuan penggunaan susunan kalimat. Contoh:
(أ)
هو يعمل فى المصنع
(ب)
ابى موظف
(ت)
اسمه احمد
(ث)
كلا الصباح ذهب ابي ليعمل
Keempat kalimat diatas dapat membentuk sebuah
alenia yang benar jika disusun dengan urutan:
a.
(أ) (ت) (ب) (ث)
b.
(ب) (ت) (ت) (أ)
c.
(ت) (ث) (ب) (أ)
Kekurangan dari tes tertulis ini adalah waktu peyelenggaraannya memerlukan
banyak waktu dan tenaga. Dan kelebihannya adalah kemampuan yang diperoleh
pengajar dari peserta tes lebih reliabel karena dikerjakan secara individu.
b. Tes kelompok
Berbeda dengan tes peseorangan, dalam tes ini diselenggarakan untuk
sekelompok peserta tes sekaligus. Dibandingkan dengan tes bahasa perseorangan,
tes bahasa secara kelompok memungkinkan penggunaan bahasa yang lebih sesuai
dengan kenyataan. Berbeda dengan tes perseorangan yang mana interaksinya
terbatas. Interaksi dalam tes kelompok tidak terbatas antara peserta dan
penguji melainkan antar sesama peserta tes, sehingga memungkinkan terjadinya penggunaan
bahasa yang lebih wajar.
Kekurangan dari tes ini adalah nilai yang diperoleh oleh penguji kurang
efisien karean dilakukan secara berkelompok. Kelebihannya lebih menghemat
tenaga dan waktu karena diselenggarakan untuk sejumlah peserta sekaligus.
6.
Berdasarkan
kriteria bentuk jawaban
a.
Tes
Essay
Makna essay di sini adalah karangan atau karya tulis. Dalam dunia
pendidikan, tes essay ini mewajibkan siswanya untuk melakukan tugas dengan
memberikan jawaban dalam bentuk essay. Sebagai suatu essay, isi, susunan dan
panjang jawaban tidak dapat ditentukan. Semua itu tergantung pada masalah yang
ditanyakan dan terutama keinginan dan kemampuan siswa atau peserta tes
masing-masing dalam menjawabnya.[7]
Pada dasarnya tes essay ini adalah tes yang menguraiakan atau dapat
dikatakan tes uraian. Disebut essay atau uraian karena dalam tes ini menuntut
peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban
dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya berbeda satu dengan
lainnya.[8]
Tes ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Tes
uraian terbatas
Dalam tes ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu
sebagai batas-batasnya. Walaupun jawaban dari peserta didik itu beraneka ragam,
tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya
sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.[9]
Contoh:
a.
Jelaskan
bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer!
b.
Sebutkan
lima komponen dalam pesawat computer!
2.
Tes
Uraian Bebas
Dalam tes ini, peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara
dan sistematikanya sendiri. Selain itu, bebas mengemukakan pendapat sesuai
dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan
sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan atau
patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.[10]
Contoh:
a.
Bagaimana
perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan dengan singkat!
b.
Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan!
Dalam
pelaksanaannya dalam dunia pendidikan, tes ini tentunya mempunyai kelebihan dan
kelemanahan.
b.
Tes
Jawaban Pendek
Dalam tes bahasa ini yakni dengan jawaban
pendek, peserta didik diwajibkan bukan memberikan jawaban dalam bentuk essay
melainkan dalam bentuk jawaban-jawaban pendek.
Dalam tes ini memerlukan kepandaian untuk
menemukan inti dari masalah yang ditanyakan dan kemampuan untuk menemukan cara
tersingkat untuk mengungkapkannya.
Dan sebagai tes bahasa, tes jawaban pendek
ini dapat diterapkan pada tes kemampuan berbahasa, seperti menyimak dan
pemahaman bacaan. Demikian pula pada tes komponen bahasa, seperti kosakata dan
tata bahasa.[11]
Jawaban pendek itu dapat berupa rangkaian
kata-kata pendek, kata-kata lepas atau bahkan sekedar huruf dan angka.
Jawaban ini diberikan atas dasar pemahaman
peserta didik terhadap masalah yang ditanyakan , yang perlu diungkapkan
sesingkat mungkin tanpa menggunakan kalimat atau ungkapan yang panjang.[12]
Bentuk dari jawaban pendek, ada 2 yaitu:
a.
Jawaban
singkat (Short Answer )
Soal tes bentuk jawaban singkat
biasanya dikemukakan dalam bentuk jawaban. Dengan kata lain, soal tersebut
berupa soal kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata,
prase, nama, tempat, nama tokoh, lambang dan lain-lain.[13]
Contoh:
1.
Siapa
nama pencipta computer yang pertama ?
2.
Apa
nama papanketik dala computer ?
b.
Melengkapi
(Completion)
Yang dimaksud melengkapi adalah mengisi bagian yang kosong pada
sebuah wacana.[14]
Biasanya soal melengkapi ini, dikemukakan dalam kalimat yang tidak lengkap.[15]
Contoh:
1.
Tempat
sampah daur ulang dalam computer disebut…..
2.
Fungsi
utama mouse adalah untuk
meletakkan……dan memilih……
Kelebihan
dan kekurangan tes ini, yakni:
-
Kelebihan:
a.
Relatif
mudah disusun
b.
Sangat
baik untuk menilai kemampuan peserta didik
c.
Menuntut
peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas.
d.
Pemerikasaan
lembar jawaban dapat dilakukan dengan obyektif.
-
Kekurangan:
1.
Hanya
mengandalkan kemampuan mengingat.
2.
Para
peserta didik sering terkecoh jikalau titik-titik kosong yang harus diisi
terlalu banyak.
3.
Dibutuhkan
waktu yang banyak dalam memeriksa lembar jawaban.[16]
c.
Tes
Pilihan
Pada tes ini, peserta didik tidak menjawab pertanyaan dengan essay,
paragraph, kalimat, huruf atau angka. Jawaban terhadap tes ini semata-mata
untuk memilih salah satu alternative jawaban yang telah disediakan. Pilihan itu
dinyatakan secara sangat sederhana biasanya dengan sekedar member tanda dalam
bentuk tanda silang, lingkaran kecil, tanda cawing, atau tanda-tanda sejenis
lainnya.
Pada tes pilihan yang baik, alternatif jawaban yang harus dipilih dirumuskan
sedemikian rupa, sehingga masing-masing alternatif seolah-olah merupakan
jawaban yang benar. Alternatif yang merupakan jawaban yang benar itu sering
disebut jawaban kunci, sedangkan alternative-alternatif yang lainnya disebut
jawaban pengecoh. Tujuan dari jawaban pengecoh ini, semata-mata untuk membuat
peserta tes berpikir sungguh-sungguh sebelum menentukan pilihannya, agar tidak
terkecoh oleh alternstif jawaban yang salah.[17]
Tes pilihan ini, ada beberapa bentuk. Bentuk-bentuk tes pilihan
ini, dibagi menjadi 3, yaitu:
1.
Tes
pilihan ganda (Multiple Choice)[18]
Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks
dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Soal tes bentuk ini terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan
dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan yang belum sempurna,
yang sering disebut stem.
Sedangkan pilihan jawaban dapat berupa perkataan, bilangan atau kalimat
yang sering disebut option.
Adapun kemamampuan yang
dapat diukur dari bentuk tes ini, antara lain:
a.
Istilah
b.
Fakta
c.
Prinsip
d.
Metode
e.
Prosedur
f.
Mengidentifikasi
penggunaan fakta dan prinsip
g.
Menafsirkan
hubungan sebab-akibat
h.
Menilai
metode dan prosedur.
Bentuk tes ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun
kelebihannya, yakni:
1.
Cara
penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan obyektif.
2.
Kemungkinan
peserta didik menjawab dengan terkaan dapat dikurangi.
3.
Dapat
digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam berbagai jenjang
kemampuan kognitif.
4.
Dapat
digunakan berulang-ulang.
5.
Sangat
cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak.
Selain
kelebihan, tes ini juga mempunyai kekurangan, kekurangan itu, yaitu:
1.
Tidak
dapat digunakan untuk kemampuan verbal dan pemecahan masalah.
2.
Membutuhkan
waktu lama dalam penyusunan soal yang benar-benar baik.
3.
Sukar
menentukan alternative jawaban yang benar-benar homogeny, logis.[19]
2.
Tes
pilihan benar salah
Bentuk tes ini adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan
jawaban, yakni benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan
pilihannya mengenai pernyataan-pernyataan dengan cara seperti yang diminta
dalam petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsinya yakni untuk mengukuir
kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat. Agar
soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi yang ditanyakan hendaknysa
homogeny dari segi isi. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana. Dalam penyusunan bentuk soal ini tidak hanya menggunakan kalimat
pertanyaan atau pernyataan, tetapi juga dalam bentuk gambar, tabel dan diagram.
Tes ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya:
1.
Mudah
disusun dan dilaksanakan
2.
Dapat
mencakup materi yang lebih luas
3.
Dapat
dinilai dengan cepat dan obyektif
4.
Banyak
digunakan untuk mengukur fakta-fakta dan prinsip-prinsip.
Adapun
kekurangannya:
1.
Ada
kecenderungan untuk mencawab coba-coba.
2.
Memiliki
derajat validitas dan reliabilitas yang rendah.
3.
Sering
terjadi kekaburan, karena itu sukar untuk menyusun item yang benar-benar jelas.
4.
Terbatas
mengukur aspek pengetahuan saja.
5.
Mudahnya
jawaban ditebak tanpa diketahui oleh korektor.
3.
Tes
menjodohkan [20]
Bentuk tes ini terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang
keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda yaitu, kolol sebelah kiri
menunjukkan kumpulan persoalan dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan
jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak daripada jumlah persoalan.
Bentuk soal ini sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
mengidentifikasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan
mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal.
Contoh:
Petunjuk: Jodohkanlah
pernyataan pada bagian A dengan jawaban yang tepat pada bagian B. Isikanlah
jawaban guru pada titik-titik yang telah disediakan.
Bagian A
a.
Nilai
tengah …..
b.
Nilai
rata-rata …..
c.
Nilai
yang paling banyak muncul …..
d.
Menggambarkan
keadaan …..
e.
Menyimpulkan …..
Bagian
B
a.
Deskriptif
b.
Kuartil
c.
Inferensial
d.
Median
e.
Mean
f.
Modus
Tes ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya:
a.
Relatif
mudah disusun
b.
Penskorannya
mudah, obyektif dan cepat
c.
Dapat
digunakan untuk menilai teori dengan penemunya, sebab dan akibatnya
d.
Materi
tes cukup luas
Adapun
kelemahannya:
a.
Adanya
kecenderungan untuk meningkatkan ingatan saja
b.
Kurang
baik untuk menilai pengertian guna membuat tafsiran.
7.
Berdasarkan
kriteria cara penilaian
a.
Tes
Subyektif
Tes ini dikatakan tes subyektif, apabila penilaian terhadap
jawabannya dipengaruhi oleh kesan dan pendapat pribadi si penilai. Jawaban
terhadap tes ini biasanya berupa ungkapan-ungkapan bebas dalam bentuk kalimat,
paragraph atau uraian lengkapa termasuk
karangan atau essay.
Dalam tes ini , digunakan dalam penilaian terhadap hal-hal yang
memerlukan penguraian pikiran, yang tidak semata-mata bersifat hafalan, atau
bsekedar penyebutan hal-hal yang terpisah-pisah.[21]
Dalam pengajaran bahasa, tes ini sesuai untuk digunakan pada
pengajaran mengarang, dalam bentuk tes mengarang, atau dalam pengajaran membaca
pemahaman, dalam bentuk tes kemampuan membaca.
Unsur penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya adalah
cara penilaian yang dapat mengurangi kadar subyektif itu, dan meningkatkan
keterandalannya. Usaha itu dapat dilakukan, misalnya dengan cara melakukan
penilaian lebih dari sekali, menugaskan lebih dari satu orang penilai, atau
melengkapi penilai dengan rambu-rambu penilaian yang terinci dan sebagainya.[22]
b.
Tes
Obyektif
Tes obyektif adalah tes yang penilaiannya dapat dilakukan secara
obyektif, dengan meniadakan unsure subyekvitas penilai, atau setidak-tidaknya
menekan sampai tingkat terendah.
Sifat itu mengacu kepada cara penilaian yang dapat dilakukan secara
ajeg, dengan hasil yang sama, tidak berubah-ubah meskipun seandainya penilaian
itu dilakukan berulang-ulang atau dilakukan oleh penilai yang berbeda.[23]
Salah satu ciri dari tes obtektif yakni harus dikembangkan dan
disusun sedemikian rupa, sehingga jawaban yang benar terhadap butir-butir
soalnya dapat dipastikan sebelumnya dan dijadikan satu dalam bentuk kunci
jawaban. Kunci jawaban ini digunakan sebagai patokan dan pegangan mengikat.
Jawaban peserta dianggap benar bilamana jawaban peserta tes sesuai dengan kunci
jawaban yang ada. Namun, dalam soal pilihan ganda, yang merupakan salah satu
bentuk tes obyektif yakni kunci jawaban itu berupa daftar nomor soal dan huruf
yang menandakan pilihan yang benar. Pemeriksaan jawaban tes obyektif semacam
itu menjadi amat mudah dan praktis dan dapat dilakukan oleh siapa saja bahkan
oleh mesin sekalipun.
Adapun kelebihan tes ini, yakni:
1.
Praktis
cara menegerjakannya, seperti sekedar memberi tanda pada tes pilihan ganda.
2.
Mudah
dalam malakukan pembijian atau penilaian, dengan sekedar mencocokkan huruf.
3.
Cara
mengerjakan yang cepat dan tidak banyak memerlukan waktu.
4.
Memberi
peluang yang luas untuk mencakup bahan tes yang luas pula.
Dalam
pengajaran bahasa, tes ini digunakan untuk tes kemampuan berbahasa, seperti tes
menyimak atau membaca, maupun tes komponen bahasa seperti tes kosakata dan tes
tata bahasa.[24]
8.
Berdasarkan
kriteria acuan penilaian
a.
Tes
Bahasa Acuan Norma
Pada penyelenggaraan tes acuan bahasa acuan norma, interpretasi
terhadap hasil tes untuk mengubah nilai mentah menjadi nilai akhir, dilakukan
atas dasar tingkat pencapaian rata-rata suatu kelompok peserta tes yang
bersangkutan. Tingkat pencapaian rata-rata itulah yang dianggap sebagai norma
bagi kelompok tersebut, yaitu tingkat pencapaian yang mencerminkan tingkat
pencapaian kebanyakan peserta tes.
Hasil tes ini sepenuhnya terkait dengan kelompok yang bersangkutan
dan tidak sendirinya berlaku atau dapat dibandingkan dengan kelompok yang lain.
Seseorang yang memiliki nilai tinggi pada tes tata bahasa dalam
kelompok, tidaklah dengan sendirinya berarti memiliki kemampuan tata bahasa
yang tinggi pula bila dibandingkan dengan kelompok yang lain.
Jadi, tes bahasa acuan norma adalah tes bahasa yang dikembangkan
dan diinterpretasikan hasilnya atas dasar-dasar pertimbangan.[25]
b.
Tes
Bahasa Acuan Patokan
Pada tes ini, penentuan
nilai akhir tidak dikaitkan dengan tingkat pencapaian peserta-peserta lain yang
mengerjakan tes bahasa yang sama. Nilai akhir pada tes bahasa ini didasarkan
atas pencapaian tingkat kemampuan berbahasa terendah, yang masih diterima
sebagai tingkat kemampuan berbahasa yang memadai.
9.
Berdasarkan
kriteria aspek bahasa
a.
Tes
Bakat Bahasa
Tes bakat bahasa dimaksudkan untuk mengetahui bakat dan kemampuan
yang secara potensial dimiliki seseorang untuk mempelajari bahasa.
Tes ini biasanya diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program
pengajaran bahasa, untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kemampuan dasar
untuk belajar bahasa dan oleh karena itu layak diikutsertakandalam program
pengajaran bahasa yang direncanakan.[26]
b.
Tes
Kemampuan Berbahasa
Dengan tes kemampuan berbahasa dapat diperoleh informasi tentang
tingkat kemampuan menggunakan bahasa pada suatu tahap tertentu.
Informasi yang diperoleh melalui tes kemampuan berbahasa itu
semata-mata mengenai tingkat kemampuan berbahasa senyatanya saat itu tanpa
menghubungkannya dengan hal-hal lain.
Penyusunan tes bahasa ini tidak dikaitkan dengan suatu program
pengajaran bahasa tertentu, melainkan dengan kemampuan berbahasa pada umumnya.[27]
c.
Tes
komponen Bahasa
Dalam kajian kebahasaan dengan pendekatan structural, bahasa
dipandang sebagai sesuatu yang terdiri dari komponen-komponen yang dapat
dipisah-pisahkan dan dibedakan satu
komponen dari komponen yang lain. Komponen-komponen itu terutama meliputi
bunyi-bunyi bahasa, kosakata dan tatabahasa.
Dalam pendekatan struktural, mengajarkan bahasa berarti mengajarkan
penguasaan terhadap komponen-komponennya. Demikian pula dalam penyelenggaraan
tes bahasa . Sejalan dengan itu, maka atas dasar komponen bahasa yang tingkat
penguasaannya akan diukur, dikenal adanya tes bunyi bahasa, tes kosa kata dan
tes tata bahasa.
10.
Berdasarkan
kriteria pandangan terhadap bahasa
a.
Tes
Bahasa Diskret
Tes
bahasa diskret adalah tes yang disusun berdasarkan pendekatan diskret dalam
linguistik, khususnya linguistik struktural seperti yang diuraikan sebelumnya.
Tes diskret dimaksudkan untuk menilai penggunaan satu bagian dari kemampuan dan
komponen bahasa tertentu. Dalam praktek pengajaran bahasa sehari-hari jarang
ditemukan tes ini, karena validitas masih dipersoalkan dan juga nilai
kepraktisan. Contoh tes diskret berdasarkan pendapat Djiwandono (Dian Nuzulia,
2011) meliputi tes membedakan satu bunyi bahasa dari bunyi bahasa yang lain,
melafalkan bunyi bahasa tertentu dan menyebutkan lawan kata dari kata tertentu.
b.
Tabel Contoh Tes Bunyi Bahasa
Sasaran
Tes
|
Tugas
|
Butir
Tes
|
Kunci
Jawaban
|
Bunyi Bahasa
|
Tuliskan
konsonan cara pengucapannya dengan alat ucap saling bersentuhan yang terdapat
pada pelafalan kata-kata berikut
|
baikpin
minum
|
/b//p/
/m/
|
Kosakata
|
Tulislah lawan
kata dari kata-kata berikut
|
riuhmenulis
hidup
|
sunyimembaca
mati
|
Tata Bahasa
|
Tulislah kata
baku dari kata-kata berikut
|
nopemberapotik
ijin
|
novemberapotek
izin
|
c.
Tes
Bahasa Integratif
Tes
bahasa integratif adalah tes bahasa yang untuk mengerjakannya dituntut
penguasaan terhadap bukan satu melainkan gabungan dari dua atau lebih unsur
kemampuan atau komponen bahasa. Tes bahasa ini yang menjadi dasar penggabungan
dari unsur yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Tes bahasa integratif
berdasarkan pendapat Djiwandono (Dian Nuzulia, 2011) sebagai berikut.
Tabel
Contoh Tes Bahasa Integratif
Sasaran Tes
|
Tugas
|
Butir Tes
|
Kunci Jawaban
|
Kosakata
|
Tuliskan sinonim dari kata yang
digarisbawahi
|
1.
Bapak
Kamto,silakan masuk.
2.
Guru datang
menemui bapak saya.
3.
Lampunya hidup
|
1.
Tuan
2.
Ayah
3.
Menyala
|
Tata Bahasa
|
Tuliskan jenis kalimat dari
kalimat-kalimat berikut ini
|
1.
Nelayan
mencari ikan.
2.
Nelayan
mencari ikan dan petani menanam padi.
3.
Sopir itu
menyalakan lampu mobilnya ketika hari menjadi gelap.
|
1.
Tunggal
2.
majemuk
3.
majemuk
bertingkat
|
d.
Tes
Pragmatik
Tes bahasa pragmatik adalah tes bahasa yang untuk mengerjakannya
dituntut penggunaan kemampuan pragmatik, yaitu pemahaman wacana berdasarkan
penguasaan terhadap unsur-unsur kemampuan linguistik (dalam bentuk penguasaan
bunyi bahasa, tata bahasa, kosakata dan lain-lain) serta kemampuan ekstra
linguistik (dalam bentuk pengetahuan tentang latar belakang isi dan pokok
bahasan wacana).
e. Tes Komunikatif
Tes
yang dimaksud untuk memberi tugas kepada peserta tes melakukan kegiatan dengan
kemampuan bahasa tertentu, termasuk kemampuan komunikatif, tes komunikatif
perlu dikembangkan dengan kaitan yang jelas dengan konteks nyata. Canale dan
Swain (1980) menyatakan bahwa kompetensi
komunikatif mencakup (1) kompetensi gramatikal (grammatical competence), yaitu pengetahuan seseorang tentang
kaidah-kaidah gramatika bahasanya; (2)
kompetensi sosiolinguistik (sociolinguistic
competence), yaitu pengetahuan seseorang tentang kaidah-kaidah
penggunaan dan kaidah-kaidah wacana
dalam bahasanya; serta (3) kompetensi strategis (strategic competence), yaitu pengetahuan seseorang tentang
strategi-strategi komunikasi verbal dan nonverbal dalam bahasanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tes
bahasa dapat dibedakan ke dalam berbagai
jenis atas dasar sejumlah kriteria. Kriteria-kriteria tersebut yakni:
1.
Berdasarkan
tujuan penyelenggaraan
a.
Tes
seleksi
b.
Tes
penempatan
c.
Tes
hasil belajar
d.
Tes
diagnostic
e.
Tes
uji coba
2.
Berdasarkan
tahapan atau waktu penyelenggaraan
a.
Tes
masuk
b.
Tes
formatif
c.
Tes
sumatif
3.
Berdasarkan
cara mengerjakan
a.
Tes
tertulis
b.
Tes
lisan
4.
Berdasarkan
cara penyusunan
a.
Tes
buatan guru
b.
Tes
terstandar
5.
Berdasarkan
jumlah peserta
a.
Tes
perseorangan
b.
Tes
kelompok
6.
Berdasarkan
bentuk jawaban
c.
Tes
Essay
d.
Tes
Jawaban Pendek
e.
Tes
Pilihan
7.
Berdasarkan
kriteria cara penilaian
c.
Tes
Subyektif
d.
Tes
Obyektif
8.
Berdasarkan
kriteria acuan penilaian
c.
Tes
Bahasa Acuan Norma
d.
Tes
Bahasa Acuan Patokan
9.
Berdasarkan
kriteria aspek bahasa
d.
Tes
Bakat Bahasa
e.
Tes
Kemampuan Berbahasa
f.
Tes
komponen Bahasa
10. Berdasarkan kriteria pandangan terhadap bahasa
f.
Tes
Bahasa Diskret
g.
Tes
Bahasa Integratif
h.
Tes
Pragmatik
i.
Tes
Komunikatif
DAFTAR PUSTAKA
Sudjiono,
Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Raja Prees Djiwandono, Soenardji.
1996. Tes Bahasa Dalam Pengajaran. Bandung:
ITB
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasin
Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Cangelosi,
James. 1995. Merancang Tes untuk Menilai
Prestasi Siswa. Bandung: ITB
Comments (0)
Posting Komentar