Recent twitter entries...

Tumbuhkan Keyakinanmu

Model-model Penelitian Tindakan Kelas

BAB  II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Model Penelitian Tindakan Kelas
Model Penelitian tindakan kelas terdiri dari dua kata yakni model dan penelitian tindakan kelas. Model berarti gaya, bentuk atau cara-cara. Sedangkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat.[1]

Jadi, model penelitian tindakan kelas adalah bentuk atau cara-cara yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas.
B.     Macam- macam Model Penelitian Tindakan Kelas
Dalam penelitian tindakan kelas, banyak model-model yang perlu diketahui terutama oleh pendidik atau guru. Model-model tersebut, yakni:
1.        Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin ini menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian, karena dialah pertama kali yang memperkenalkan Action research atau penelitian tindakan.
Konsep pokok model ini, ada empat komponen. Empat komponen tersebut, yakni:
a.       Perencanaan (planning)
b.      Tindakan (action)
c.       Pengamatan (observing)
d.      Refleksi (reflecting)[2]
Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan pada diagram berikut.
                        Acting


     Planning                                  Observating

                           Reflecting


2.      Model Ebbut
Tokoh Pencetusnya adalah Dave Ebbut. Model ini diilhami oleh pemikiran Kemmis dan Elliot. Dalam pengembangannya, Ebbut kurang begitu sependapat dengan interpretasi Elliot tentang karya Kemmis. Perasaan kurang setuju Ebbut (1983) disebabkan karena Kemmis menyamakan penelitiannya dengan hanya temuan fakta. Sedangkan kenyataannya, Kemmis dengan jelas menunjukkan bahwa penelitian terdiri atas diskusi, negosiasi, menyelidiki, dan menelaah kendala-kendala yang ada. Jadi, sudah jelas ada elemen-elemen analisisnya dalam model Kemmis.
Selanjutnya, Ebbut berpendapat bahwa langkah-langkah yang dikembangkan oleh Kemmis (“spiral kemmis”) bukanlah yang paling baik untuk mendeskripsikan adanya proses tindakan dan refleksi. Memang pada kenyataannya, Ebbut sangat memperhatikan alur logika penelitian tindakan dan beliau juga berusaha memperlihatkan adanya perbedaan antara teori sistem dan membuat sistem-sistem tersebut ke dalam bentuk kegiatan operasional.[3]



 
































3.      Model Kemmis dan Mc Taggart
Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja komponen action  (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukan kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan.[4]
Kemmis mengembangkan modelnya berdasarkan konsep asli Lewin yang kemudian disesuaikan dengan beberapa perkembangan. Pakar ini secara eksklusif menerapkan buah pikirannya pada bidang pendidikan. Pada tahun 1986 bersama dengan Wilf Carr menggalakkan istilah “Penelitian Tindakan Pendidikan”.
Dalam perencanaannya, Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan.
Untuk lebih tepatnya,dapat dilihat bentuk desainnya sebagai berikut:
                 
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencenaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen tersebut yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Sebagai alur PTK, Kemmis dan Mc Taggart memberi contoh sebagai berikut:
Menukar strategi bertanya agar siswa dapat menggali jawaban atas pertanyaannya sendiri.
            mereka.
5.      Teruskan tujuan umum, tetapi kurangi pengendalian (disesuaikan).
6.      Kendorkan pengendalian dalam beberapa kali pelajaran.
7.      Pertanyaan direkam dan dikendalikan. Catat dalam buku harian pengaruhnya terhadap tingkah laku siswa.
8.      Inquiry berkembang, tetapi siswa lebih agresif. Bagaimana saya harus menjaga agar tetap pada jalur? Dengan cara saling mendengarka? Dengan pertanyaan-pertanyaan lagi? Pelajaran apa yang membantu, dan seterusnya?[5]

4.      [u4] Model Elliot
Model ini diperkenalkan dan dikembangkan oleh Elliot. Elliot adalah seorang pendukung gerakan “guru sebagai peneliti”. Beliau selalu berusaha mencari cara-cara baru untuk mengembangkan jaringan penelitian. Tindakan dan berhubungan dengan pusat-pusat jaringan penelitian yang lain.
Elliot dan Adelman bekerja bersama-sama dengan guru di kelas, bukan hanya sebagai pengamat, tetapi mereka juga sebagai kolaborator atau teman sejawat guru. Melalui partisipasi semacam ini, mereka membantu guru untuk mengadopsi suatu pendekatan penelitian untuk pekerjaannya. Elliot setuju dengan ide dasar langkah-langkah tindakan refleksi yang terus bergulir dan kemudian menjadi siklus seperti yang dikembangkan Kemmis.
Namun, skema langkah-langkahnya lebih rinci dan berpeluang untuk lebih mudah diubah sehingga sebenarnya dia telah membuat suatu diagram yang lebih baik.[6]


 













atau                                               atau
 


atau
Rounded Rectangle: Tindakan
 




Ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam memahami langkah-langkah yang ada di dalam model PTK yang dikembangkan oleh Ebbut, Elliot, dan Kemmis. Bila guru akan menerapkan atau mengadopsi suatu penelitian tindakan kelas dalam praktik di kelasnya, guru harus memahami betul apa yang dimaksud oleh masing-masing penulis. Di samping itu, guru atau peneliti harus mengetahui penggunaan data dan keterbatasan skema-skema tersebut bila dipraktikkan dalam penelitian tindakan. Beberapa keterbatasan langkah-langkah di dalam model PTK ini antara lain:
a)      Adanya gerakan yang mulai menjauh dari gerakan ajaran Lewin semula,
b)      Skema-skema kelihatannya rapuh dan membingungkan
c)      Skema-skema tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan hal-hal baru yang menjadi fokus utamanya, dan
d)     Skema tersebut tidak begitu saja cocok untuk diikuti.[7]

5.      Model Mc Kernan
Sebuah model lain yang juga dikembangkan atas dasar ide Lewin atau yang diinterpretasikan oleh Kemmis adalah model penelitian tindakan Mc Kernan. Model ini juga dinamakan Model Proses Waktu (a Time Process Model ). Menurut Mc Kernan, sangatlah penting untuk mengingat bahwa kita tidak perlu untuk selalu terikat oleh waktu, terutama untuk pemecahan permasalahan hendaknya tindakan dilakukan secara rasional dan demokratis.
Perlu diketahui sebenarnya model-model yang telah digambarkan di atas lebih memberikan gambaran garis besar proses daripada suatu teknologi. Urutan langkah-langkah memang diperlihatkan, tetapi hanya sedikit sekali yang menyinggung soal ‘apa’ dan ‘bagaimana’ antara langkah-langkah ini, tidak mengherankan kalau kemudian model-model ini dapat membingungkan para praktisi. Bahkan, Ebbut sendiri mengakui bahwa penggambaran Elliot cenderung sulit untuk dimengerti.
Dalam rangka upaya untuk menambah pemahaman dan wawasan tentang penelitian tindakan kelas, perlu diketahui beberapa  model dan bentuk penelitian tindakan. Model yang dikembangkan oleh Ebbut, Kemmis dan Mc Taggart, Elliot dan Mc Kernan menunjukkan banyak persamaan, terutama bila diperhatikan tahap-tahap yang ada di dalamnya. Sebagai seorang peneliti yang memiliki wawasan luas, biasanya tidak sulit untuk mengadopsi salah satu model atau bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi yang ada.
Tujuan disajikannya keempat model ini adalah agar pembaca memiliki wawasan yang lebih luas tentang penelitian tindakan. Selain itu, jika seseorang mengenal lebih dari satu model penelitian tindakan, diharapkan dia memeroleh suatu pemahaman yang lebih tentang suatu proses. Walaupun kenyataannya ada empat model, pada dasarnya keempat model inilebih banyak memiliki ‘persamaan’ daripada ‘perbedaan’.[8]

 




Rounded Rectangle: Definisi MasalahRounded Rectangle: Definisi MasalahRounded Rectangle: PenetapanRounded Rectangle: Penetapan                                                                                     
 









T2
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
a.       Model penelitian tindakan kelas adalah bentuk atau cara-cara yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas.
b.      Macam-macam model penelitian tindakan kelas, yaitu:
1.      Model Kurt Lewin
2.      Model Ebbut
3.      Model Mc Taggart
4.      Model Elliot
5.      Model Mc Kernan


















DAFTAR PUSTAKA
B Uno, Hamzah. 2012. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional . Jakarta: Bumi Aksara.
Sukidin. 2002.  Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.  Bandung: Insan Cendekia.
Basrowi. 2008.  Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Referensi Utama PTK untuk Guru serta Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan . Bogor: Ghalia Indonesia.


[1] Hamzah B Uno, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.41.
[2],Ibid.,  h.86.
[3] Sukidin, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas ( Bandung: Insan Cendekia, 2002), h.48.
[4] Hamzah Uno, Op. Cit., h.87.
[5] Basrowi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Referensi Utama PTK untuk Guru serta Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h.68-69.
[6] Sukidin, Op. Cit., h. 51.
[7] Ibid., h.52-53.
[8] Basrowi, Op. Cit.,h. 71-73.


 [u1]Termasuk rencana atau planning
 [u2]Tindakan atau action
 [u3]Pengamatan atau observasion
 [u4]Refleksi atau cerminan 

Comments (2)

makasih . . .

sama-sama semoga bermanfaat.^^

Posting Komentar