METODE PEMBELAJARAN ASHWAT
MAKALAH
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tharaiq Tadris al-Lughah al-Arabiyah 2
Disusun oleh:
Nurul
Badi’ah (D02211003
)
Silvia
Virda Susanti (D02211036)
Vivi
Ekayanti (D52211064)
Dosen Pembimbing :
H. Moh.Thohir, S.Ag. M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kepada bapak dosen H.
Moh. Thohir, S. Ag. M.Pd. selaku pembimbing mata kuliah “Tharaiq al-Tadris
al-Lughah al-Arabiyyah 2”.
Alhamdulillah makalah ini yang berjudul “Metode
Pembelajaran Ashwat” kami susun sebagai pertanggung jawaban tugas mata
kuliah “Tharaiq al-Tadris al-Lughah
al-Arabiyyah 2” yang telah diberikan oleh dosen mata kuliah “Tharaiq al-Tadris al-Lughah al-Arabiyyah 2”.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan, baik dari dosen maupun pembaca.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat berguna
sebagaimana mestinya. Apabila ada kesalahan dan kekeliruan, kritik dan saran
kami terima.
Surabaya, 14 September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………………… 1
A.
Latar
Belakang ………………………………………………………. 1
B.
Tujuan
Pembahasan ………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………… 2
A.
Pengertian
Metode Ilmu Ashwat ………………………………………
2
B.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Ashwat dalam Bahasa Arab ...…………... 6
C.
Contoh
Metode Pembelajaran Ashwat ………………………………… 6
D.
Komponen-komponen
Pembelajaran Ashwat ………………………….. 12
E.
Problematika
Pembelajaran Bahasa Arab dan Ikhtiar Solusinya ……... 13
BAB III PENUTUP ………………………………………………………….. 16
KESIMPULAN ………………………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 17
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dewasa ini, bahasa sangatlah signifikan dalam kehidupan ini,
terutama dalam dunia pendidikan. Hal ini terjadi mengingat bahasa mempunyai
peranan penting yakni sebagai media komunikasi. Selain sebagai media
komunikasi, bahasa juga sebagai pemersatu bangsa.
Mengingat negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama
dan ras. Nah, bahasa pemersatunya yakni bahasa Indonesia. Selain itu perlu
kiranya juga bahasa lain yang perlu dipelajari mengingat bahasa di dunia ini
bukan hanya bahasa Ibu atau bahasa Indonesia.
Hakikatnya bahasa yang
pertama kali yang dipelajari yakni bahasa Arab. Bahasa Arab sangatlah penting
dipelajari dan dipahami. Dalam dunia pendidikan, terutama di dalam
sekolah-sekolah Islam seperti di Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah,
Madrasah ‘Aliyah sampai di lingkup Universitas Islam yakni UIN, IAIN dan
STAIN bahasa Arab dikaji sedemikian dalamnya guna menambah khazanah keilmuan
bangsa Indonesia.
Melihat problematika yang terjadi di ranah pendidikan terutama di
Indonesia tentang pembelajaran bahasa Arab yang kurang begitu mengena terutama
yang mendasar yakni pembelajaran ashwat, kami sebagai peneliti menyusun
karya tulis ini dalam bentuk makalah.
B.
Tujuan
Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui pengertian metode pembelajaran ashwat.
2.
Untuk
mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran ashwat
3.
Untuk
mengetahui contoh pembelajaran ashwat.
4.
Untuk
mengetahui komponen-komponen pembelajaran ashwat.
5.
Untuk
mengetahui problematika pembelajaran ashwat dan ikhtiyar solusinya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metode Pembelajaran Ashwat
Metode
pembelajaran adalah suatu cara atau sarana untuk menyajikan materi pelajaran.[1]
Dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat beberapa metode pembelajaran, jika
dilihat dari segi kekhususannya misalnya, metode pembelajaran ashwat,
metode pembelajaran mufrodat, metode pembelajaran jumlah dan nahwu
dan masih banyak lagi.
Di sini kita akan sedikit membahas tentang
metode pembelajaran ashwat. Ilmu ashwat atau yang sering disebut dengan fonetik adalah
suatu kajian ilmu yang membahas tentang suara. Jika dalam bahasa Arab maka erat
kaitannya dengan kefashihan, ketepatan intonasi dan jeda dalam mengucapkan
huruf atau kalimat. Bunyi atau suara tidak dapat difahami melalui tulisan,
sebab dengan itu tidak dapat diketahui ketepatan serta kefashihan. Ketepatan
dalam pengucapan itu sangat penting karena dapat mempengaruhi makna. Oleh
karena itu perlu adanya sistem pengajaran ashwat.
Metode
pembelajaran ashwat adalah langkah-langkah atau cara yang digunakan
untuk menerapkan teori-teori ilmu ashwat. Ujaran atau pengucapan
mempunyai kedudukan yang penting dalam upaya penguasaan bahasa Arab. Sehingga
dalam upaya penguasaan tersebut perlu menguasai hal-hal pokok dalam bahasa
khususnya bahasa Arab yaitu suara. Pembelajaran ilmu ashwat mempunyai
empat pinsip atau ruang lingkup yaitu kemampuan menyimak, kemampuan berbicara,
kemampuan membaca dan kemampuan menulis.[2]
Dalam
ketrampilan menyimak siswa dapat menguasai gramatika dan kosa kata, serta
pengucapan yang baik. Sedangkan dalam kemampuan berbicara siswa dapat belajar
dalam ketepatan serta kefashihan dalam pengucapan atau pelafalan. Selanjutnya
dalam kemampuan membaca yang erat kaitannya dengan nahwu, sharaf atau
kemampuan penyusunan kalimat serta penguasaan bacaan. Yang tidak kalah penting
yaitu kemampuan menulis yaitu tentang kecocokan sistem tulisan. Dalam bahasa
Arab ini bahasa lisan sama dengan bahasa tulisan dengan tanda bunyi fathah (a),
kasrah (i), dhommah (u).
Dalam
pembelajaran ilmu ashwat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung bahwa ilmu ashwat tersebut dibentuk sebagai satuan pelajaran
dalam sekolah atau kelas. Sedangkan secara tidak langsung adalah menerapkan lmu
ashwat dalam pelajaran lain, misalnya dalam muhadatsah. Dalam hal
ini siswa dituntut untuk melafalkan huruf-huruf bahasa Arab dengan
sefashih-fashihnya ketika bermuhadatsah. Seorang guru harus memberikan contoh
pelafalan yang tepat sebelum siswanya mengucapkan apa yang diperintahkan. Di
sini terdapat beberapa tahap penerapan aplikasi kebahasaan, yaitu:
1.
Tahap
Aplikasi Linguistik
Yaitu seorang guru menjelaskan tentang hakikat bahasa yang akan
diajarkan serta butir-butir bahasa itu disusun.
2.
Tahap
Aplikasi Kedua
Dalam tahap ini berhubungan dengan silabus serta soal isi, kita
tidak akan mengajarkan keseluruhan bahasa, namun melakukn desain hasil. Jadi
diharapkan bagaimanapun metode yang dilakukan dalam pembelajaran ilmu ashwat
yang terpenting adalah siswa mampu menguasai dan mengamalkan dalam melafalkan
dengan benar baik ketika membaca, menulis ataupun ketika bermuhadatsah.
3.
Tahap Penyajian Model Pelafalan[3]
Cara yang
paling efektif dalam mengajarkan bunyi bahasa arab yang sulit kepada siswa
adalah dengan mencontohkan pelafalan setiap bunyi yang kemudian diikuti oleh
siswa. Selain dalam bentuk bunyi tunggal, contoh pelafalan tersebut sebaiknya
diberikan dalam bentuk kata bermakna dimana huruf yang dicontohkan berada di
awal, di tengah dan di akhir kata.
Contoh:
ص-ص-ص
نصر-خاصة-خالص
4.
Tahap Pemberian Latihan/Dril
Setelah
memberikan contoh pelafalan, guru dapat memberikan beberapa bentuk dril untuk
membiasakan bunyi-bunyi yang sudah pelafalannya pada tahapan sebelumnya. Bentuk
dril ini tentunya di tentukan berdasarkan tingkat pembelajaran siswa, apakah
tingkat dasar, menengah, atau lanjut. Di antara bentuk dril yang bisa digunakan
oleh guru adalah:
a.
Latihan membedakan bunyi bahasa Arab.
Latihan
membedakan bunyi bahasa Arab ini dapat di variasikan menjadi:
a)
Menentukan satu dari tiga bunyi. Contoh:
ش-س-ص
س-ش-ص
س-س-ص
ص-س-س
b)
Menentukan salah satu dari dua bunyi dalam sebuah kalimat. Contoh:
صالح/سرير
السائر/الفصل
الصورة/السورة
c)
Menyimak dan mengulangi (dalam hal ini usahakan
buku dalam keadaan tertutup)
d)
Membaca dan mengulang (dalam hal
ini usahakan buku dalam keadaan terbuka)
e)
Membaca bebas, artinya guru memerintahkan para
siswa untuk membaca huruf, kata atau kalimat yang mengandung bunyi yang sulit
tanpa memberikan contoh pelafalan terlebih dahulu.
5.
Tahap praktik penggunaan bahasa
Maksudnya
adalah guru menggunakan bunyi-bunyi yang sudah dipelajari oleh siswa dalam
kegiatan berbahasa sebenarnya, baik yang kompleks maupun yang sederhana,
seperti dengan menyebut nama siswa dalam kelas, menyebut suatu benda yang ada
di dalam maupun di luar kelas, atau menyebut nama anggota badan yang
menggunakan bunyi-bunyi yang sudah dilatihkan.[4]
B.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Ashwat
Prinsip-prinsip pembelajaran ashwat
memiliki empat ruang lingkup dalam pembelajaran bahasa Arab, yaitu:
1.
Keterampilan
menyimak.
Menyimak
merupakan keterampilan yang memungkinkan seorang pemakai bahasa untuk memahami
bahasa secara lisan.
2.
Keterampilan
berbicara.
Berbicara
adalah aktivitas berbahasa yang penting dalam kehidupan sehari-hari setelah
aktivitas mendengarkan.
3.
Keterampilan
membaca.
Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata
atau bahasa tulis.
4.
Keterampilan
menulis
Keterampilan
menulis merupakan keterampilan berbahasa yang terakhir setelah menyimak,
berbicara, dan membaca. Kemampuan ini sangat sulit bagi penutur bahasa.[5]
C.
Contoh
Metode Pembelajaran Ashwat
Strategi pembelajaran Ilmu Ashwat dibagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu pada tingkatan, dasar, tingkatan menengah dan tingkatan lanjut.
Penjelasannya yaitu sebagai berikut:[6]
1.
Tingkatan
Dasar
Pelafalan
bunyi asing pada anak berumur 6-7 tahun merupakan fase yang mulai sulit, karena
masih terpengaruh dengan bahasa ibu. Oleh karena itu siswa perlu diberi dasar
yang kuat dengan pelafalan dengan teknik dan strategi yang sesuai. Pembelajaran
bahasa pada tingkat ini lebih ditekankan pada pelafalannya. Sebagai guru pada
tingkat ini, yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a.)
Menggunakan
metode Alphabetik (الأبجدية)[7]
Dalam
metode ini, pengajaran baca tulis dimulai dengan mengenalkan nama-nama huruf
dan otografi (bentuk tulisannya). Kemudian, dikenalkan dengan bunyi
huruf konsonan, setelah dihubungkan dengan huruf vokal sehingga membentuk
sebuah fonem, misalnya (i-b-u-bu). Karena huruf Arab semuanya konsonan, maka
dalam bahasa Arab diciptakan vokal berupa syakkal yang diletakkan di atas
dan di bawah huruf. Maka pada tahap pengenalan bunyi disajikan huruf-huruf yang
bertanda vokal, misalnya:
2.
أَإِأُ- بَ بِ بُ- تَ تِ تُ
Setelah
latihan vocal seperti itu, maka dilanjutkan dengan belajar menggabung-gabung
kata sampai dengan kalimat.
b.)
Metode Bunyi (الصوتية)
Dalam
metode ini, pembelajaran tidak dimulai dengan pengenalan nama huruf, tapi
langsung pada bunyi. Dalam hal ini ada dua cara yang lazim digunakan, yaitu
cara sintesis (merangkai) dan analitis (mengupas).
c.)
Metode
Sintetis (الصوتية التركيبية)
Metode
ini dimulai dengan mengenalkan bunyi huruf, kemudian dirangkai menjadi kata.
Sebagai contoh:
3.
نَ-بَ-تَ نَ بَ تَ نَبَتَ
4.
سَ-لِ-مَ سَ لِ مَ سَلِمَ
d.)
Metode
Analisis (الصوتية التحليلية)
Metode
ini dimulai dengan kata kemudian dikupas menjadi bunyi huruf-huruf atau dimulai
dengan kalimat, kemudian dikupas menjadi kata-kata, dan dikupas lagi menjadi
huruf-huruf. Contoh:
-
ظَرَ نَ ظَ رَ نَ-ظَ-رَ
-
سَمِعَ سَ مِ عَ سَ-مِ-عَ
Metode
analisis ini biasanya dimulai dengan pengenalan kata yang telah dikenal oleh
siswa, atau untuk bahasa asing dengan bantuan gambar.
e.)
Metode
Analisis-Sintetis (التحليلية-التركيبية)
Merupakan
penggabungan kedua metode, misalnya dalam bentuk seperti berikut:
-
سَلِمَ
-
سَ لِ مَ
-
سَ- لِ – مَ
-
سَ لِ مَ
-
سَلِمَ
f.)
سَ – لِ – مَ
g.)
سَ لِ مَ
h.)
سَلِمَ
i.)
سَ لِ مَ
j.)
سَ – لَ - مَ
Pada masa anak-anak, mereka cenderung bermain dan tertarik pada
sebuah lagu, karena lagu itu dapat membantu kemampuan kognitif anak. Dalam hal
ini pembelajaran bunyi bahasa Arab dapat dilakukan dengan sebuah permainan yang
berisikan materi bahasa Arab.
Penggunaan lagu dalam pembelajaran bunyi bahasa Arab juga cukup
menarik. Lagu-lagu sangat membantu kemampuan kognitif anak, terutama dalam hal
mengingat simbol huruf hijaiyah. Dengan media TV dan VCD Player, anak-anak
merasa senang menyaksikan video clip yang menggambarkan proses
pembelajaran sambil menyanyi dan bermain. Dalam waktu singkat, anak-anak cepat
menghafal teks sebuah lagu, dan mereka akan lebih sering mendengarkan
artikulasi yang asli sehingga akan mebiasakan mereka untuk meniru pelafalannya.
2.
Tingkatan
menengah
Pada tingkatan menengah ini metode sintesis dan analisis masih bisa
untuk digunakan, dalam tingkatan menengah ini siswa seharusnya telah memiliki
beberapa pengetahuan tentang kosa kata bahasa Arab. Oleh karena itu,
pembelajaran Ashwat harus disesuaikan dengan pengetahuan siswa tentang
kosa kata , misalnya dengan menggunakan:
a.)
Metode Sintesis (الصوتية التركيبية)[8]
Metode
Ini dimulai dengan mengenalkan bunyi huruf-huruf, kemudian dirangkai menjadi
kata. Contoh:
-
نَ – بَ – ت = نَبَتَ
-
سَ – لِ – مَ = سَلِمَ
-
بَ – لَ – دٌ = بَلَدٌ
b.)
Metode
Analisis (الصوتية التحليلية)
Metode
ini dimulai dengan kata kemudian dikupas menjadi bunyi huruf-huruf atau dimulai
dengan kalimat, kemudian dikupas menjadi kata-kata, dan dikupas lagi menjadi
huruf-huruf. Contoh:
-
قَلَمٌ = قَ لَ مٌ = قَ – لَ – مٌ
-
سَمَكٌ = سَ مَ كٌ = سَ – مَ – كٌ
-
وَلَدٌ = وَ لَ دٌ = وَ – لَ – دٌ
Kedua teknik
tersebut menyesuaikan antara ashwat dan mufrodat, sehingga siswa
mampu mendapatkan mufrodat
baru dan dapat melafalkannya dengan baik dan benar.
Dalam tingkatan ini siswa telah memiliki beberapa pengetahuan
tentang bahasa Arab, maka dalam pembelajaran Ashwat lebih ditekankan
pada mufrodat. Misalnya dengan latihan menyimak, contoh guru melafalkan :
c.)
وَاللهُ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ
Respon siswa A
: وَاللهُ سَمِيْعٌ بًسِيْرٌ
Respon siswa B
: وَالله ُ سَمِيْءٌ بَصِيْرٌ
Respon siswa C
: وَاللهُ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ
Atau
dengan latihan mendengarkan dan menirukan walaupun latihan-latihan menyimak
bertujuan melatih pndengaran, tetapi dalam praktik selalu diikuti dengan
pengucapan dan pemahaman. Dalam tahap permulaan, siswa dilatih untuk
mendengarkan dan menirukan. Kegiatan ini dilakukan oleh guru, ketika
memperkenalkan kata-kata atau pola kalimat yang baru, atau dalam waktu yang
sengaja di khususkan untuk latihan menyimak.
Latihan
menyimak difokuskan pada bunyi-bunyi bahasa Arab yang asing bagi siswa, juga
pada penggunaan vocal panjang dan pendek, bertasydid dan tidak, yang tidak
dikenal dalam bahasa Indonesia. Beberapa contoh:
1.)
Latihan pengucapan bunyi ق, , guru mengucapkan
dan murid menirukan[9]
contoh:
قَلَمٌ – قَمَرٌ
2.)
Latihan
beberap bunyi yang berdekatan antara خ ح)), guru mengucapkan dan murid menirukan
contoh :
خَبَرٌ – حِبْرٌ
3.)
Latihan
pengucapan vocal panjang dan pendek, guru mengucapkan dan murid menirukan
contoh:
قَابَلَ – بَرِيْد – بَارِدٌ
4.)
Latihan pengucapan vokal bertasydid, , guru mengucapkan dan murid menirukan
contoh:
كَفَّرَ – كَسَّرَ – غَفَّرَ
3.
Tingkatan
Lanjut
Pada tingkatan ini siswa sudah diajarkan untuk melafalkan lafal
yang sulit, sehingga kemampuan sisa melafalkan semua jenis tercapai. Cara yang
efektif adalah dengan mencontohkan pelafalan setiap bunyi yang kemudian diikuti
oleh siswa.
Contoh:
ص – ص – ص – ص
صياد – صوم – صدر – صيف – صار – صوف
مصير – قصور – اصدقاء – انتصر – حصة – أصغ
Teknik lain yang efektif untuk mencontohkan pelafalan bunyi bahasa
Arab adalah dengan menggunakan pasangan minimal (tsuna’iyyah sughro/ minimal
pair), yaitu dua kata yang berbeda maknanya karena perbedaan apa saja,
apakah di awal, di tengah, atau di akhir.
Latihan membedakan bunyi bahasa Arab dengan pasangan minimal dapat
dilakukan dengan cara guru melafalkan pasangan minimal dengan jelas, sementara
siswa menyimak dan memperhatikan gerak bibir dan mulut guru mereka supaya
terlihat dengan jelas perbedaan kedua kata tersebut. Contoh pasangan minimal
yang dapat membantu guru menggunakan teknik ini adalah:
مسحوب - مصحوب ، فسد - فصد، بسمة - بصمة، سرة - صرة.
Teknik ini tentunya akan semakin mempertajam lisan siswa dalam
melafalkan dan membedakan huruf-huruf yang berdekatan makhrajnya.
Pada
tingkat ini, siswa sudah memiliki pengetahuan tentang kebahasaan, Makharijul
huruf Arabiyah, dan pengidentifikasian bunyi suara melalui beberapa mufrodat,
selanjutnya seorang pelajar setidaknya bisa menganalisis bunyi-bunyi bahasa
Arab dari beberapa kalimat atau sebuah teks, seorang pelajar dapat membedakan
dan menganalisis beberapa bunyi bahasa Arab yang hampir sama, seorang pelajar
dapat membunyikan bentuk tunggal maupun jama’. Oleh karena itu, guru harus
mengajarkan pada siswa dalam pelafalan bunyi-bunyi Arab, seperti dalam
membedakan tiga atau dua huruf yang hampir sama, kemudian dirangkai dalam
kalimat, contoh: ص ش م kemudian disusun dalam sebuah kata.
D.
Komponen
Pembelajaran Ashwat
Komponen-komponen ashwat dalam bahasa Arab yakni segala sesuatu yang
termasuk dalam lingkup ashwat dan
perlu dikuasai guna kemahiran berbahasa terutama bahasa Arab.
Komponen-komponen pembelajaran ashwat
dalam bahasa Arab dibagi menjadi dua,yakni:
1.Bunyi konsonan (الصوامت) [10]
Yakni bunyi bahasa yang dihasilkan
dengan menghambat aliran udara pada salah satu tempat di saluran suara di atas
glottis. Bunyi
konsonan ini dibagi menjadi 7 bagian, yakni:
a.
Plosif(صوامت انفجارية)
Yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan
oleh penutupan pita suara. Di belakangnya udara terkumpul kemudian terjadi
pelepasan.
b.
Nasal (صوامت انفية)
Yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan
dari keluarnya udara melalui hidung.
c.
Lateral ( صوامت مخرفة)
Yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan
dengan penutupan sebagian lidah.
d.
Getar (صوامت مكررة)
Yaitu bunyi bahasa yang dihasikan
dengan artikulator yang bergetar secara cepat.
e.
Frikatif (صوامت احتكاكية)
Yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan
dengan penyempitan tempat keluar udara sehingga terjadi pergeseran.
f.
Plosif Frikatif (صوامت انفجارية
احتكاكية)
Yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan
dengan perpaduan proses plosif dan frikatif.
g.
Semi vokal (اشبه الصوامت)
Yaitu bunyi bahasa yang memiliki
ciri vokal dan konsonan, mempunyai sedikit geseran dan tidak muncul sebagai
inti suku kata.
1.
Bunyi vokal (الصوائت)
Yakni bunyi bahasa yang dihasilkan
dengan getaran pita suara dan tanpa penyempitan dalam saluran di atas glotis.
Bunyi vokal ini dibagi menjadi 2 yakni:
1.
Vokal pendek (الصوائت القصيرة)
Yaitu bunyi fathah, kasrah dan
dlomah.
2.
Vokal panjang (الصوائت الطويلة)
Yaitu bunyi alif, wawu dan ya’ yang
dibaca panjang.
E.
Problematika
Pembelajaran Ashwat
Pembelajaran bahasa Arab di
Indonesia ini terutama dalam aspek pembelajaran ashwat dirasa mengalami masalah yang sepintas tak
dapat kita rasakan. Problematika tersebut
yakni terletak pada pengaruh dialek dan intonasi.[11]
Dialek dan intonasi sangat berpengaruh dalam pembelajaran ashwat, mengingat
begitu beragamnya dialek di Indonesia. Perlu kita ketahui bahwasanya intonasi adalah musik atau lagu yang
dibawakan saat berbicara. Sebagian besar pelajar Indonesia bahkan guru yang
terbiasa memakai bahasa ibu dalam percakapan sehari-hari sering memakai intonasi
bahasa ibu ke dalam pengucapan bahasa Arab. Begitu juga dengan dialek.
Menanggapi problematika yang pelik tersebut, solusi yang tepat
yakni seharusnya dalam pembelajaran ashwat
perlu kiranya pemberian informasi seputar kebiasaan-kebiasaan orang Arab
dalam percakapan sehari-hari. Sehingga, menambah khazanah keilmuan dan
pengalaman masyarakat Indonesia tentang adat kebiasaan percakapan orang Arab.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a.
Metode
pembelajaran ashwat adalah langkah-langkah yang digunakan untuk
pembelajaran ashwat. Pembelajaran Ashwat atau fonetik adalah
suatu pembelajaran terkait hal pokok dalam pembelajaran bahasa Arab yakni
suara. Suara dalam pembelajaran bahasa sangatlah urgen, terutama dalam
mempelajari kaidah bahasa Arab.
b.
Prinsip-prinsip
pembelajaran ashwat
Prinsip-prinsip
pembelajaran ashwat mencakup pada 4 ruang lingkup, yakni:
1. Kemampuan menyimak atau maharah istima’
2. Kemampuan berbicara atau maharah kalam
3.
Kemampuan membaca atau maharah qiro’ah
4.
Kemampuan menulis atau maharoh
kitabah
c.
Contoh
metode ashwat
Contoh
metode ashwat banyak sekali. Hal ini sejalan dengan tingkatan atau
tahapan dalam pembelajaran ashwat. Di antaranya:
1.
Tingkatan dasar, metode yang digunakan yakni:
a.
Metode
Alphabetik (الأبجدية)
b.
Metode Bunyi (الصوتية)
c.
Metode
Sintetis (الصوتية التركيبية)
d.
Metode
Analisis (الصوتية التحليلية)
e.
Metode
Analisis-Sintetis (التحليلية-التركيبية)
2. Tingkatan
menengah, metode yang digunakan yakni:
a.
Metode Sintesis (الصوتية التركيبية)
b. Metode
analisis (الصوتية التحليلية)
3. Tingkatan lanjut, metode yang digunakan yakni:
Dengan mengajarkan untuk melafalkan lafal yang sulit.
d.
Komponen
pembelajaran ashwat yakni bunyi konsonan (الصوامت) dan bunyi vokal (الصوائت)
e.
Problematika
metode pembelajaran ashwat saat ini terutama di negara kita yakni negara
Indonesia yaitu terletak pada intonasi dan dialek. Banyak di kalangan kita
terutama para pendidik atau guru bahasa Arab yang kurang menguasai pembelajaran
ashwat dalam hal intonasi dan dialek atau dikatakan kurang begitu sesuai
dengan penutur aslinya. Nah, ikhtiyar solusinya, seharusnya dalam pembelajaran ashwat perlu
kiranya pemberian informasi seputar kebiasaan-kebiasaan orang Arab dalam
percakapan sehari-hari. Sehingga, menambah khazanah keilmuan dan pengalaman
masyarakat Indonesia tentang adat kebiasaan percakapan orang Arab.
DAFTAR PUSTAKA
M.
Abdul Hamid dkk. 2012. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa
Arab.Malang,:UIN- MALIKI PRESS.
Wina Sanjaya. 2011. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada
Media: Jakarta.
Mohammad Matsna. 2012. Pengembangan
Evaluasi dan Tes Bahasa Arab.
Tanggerang Selatan: Al-Kitabah.
Resume diskusi kelas oleh M.Taufiqillah Al-Mufti, Naziha Evaliza,
Nurusshoimatil
M.(kelompok 1 kelas D)
http://elisveyna.blogspot.com/2013/04/strategi-pembelajaran-ilmu-ashwat.html
diakses pada tanggal 17 September 2013
[1] M. Abdul
Hamid, H. Bisri Mustofa, Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab,(Malang,:UIN-MALIKI
PRESS,2012), h.23.
[2] Resume diskusi
kelas oleh M.Taufiqillah Al-Mufti, Naziha Evaliza, Nurusshoimatil M.(kelompok 1
kelas D)
[3] M. Abdul Hamid,Op.
Cit., h.37.
[4] Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), h.125
[5]
Mohammad
Matsna, Pengembangan Evaluasi dan Tes Bahasa Arab (Tanggerang Selatan :
Al-Kitabah, 2012), h. 161
[6]
http://elisveyna.blogspot.com/2013/04/strategi-pembelajaran-ilmu-ashwat.html
diakses pada tanggal 17 September 2013
[7] Wina Sanjaya, Op. Cit.,h.156.
[8] Mohammad Matsna,
Op.Cit. h. 45.
[10] http://elisveyna.blogspot.com/2013/04/strategi-pembelajaran-ilmu-ashwat.html
diakses pada tanggal 17 September 2013
[11] Resume diskusi
kelas oleh M.Taufiqillah Al-Mufti, Naziha Evaliza, Nurusshoimatil M.(kelompok 1
kelas D)
Comments (0)
Posting Komentar